GUNTUR SOEKARNOPUTRA
GUNTUR SOEKARNOPUTRA ⚘
Mengenal Guntur Soekarnoputra
"Tok, engkau adalah anak sulung Putra Sang Fajar. Sebab bapakmu dilahirkan pada waktu fajar menyingsing. Fajar 6 Juni yang sedang merekah di ufuk timur. Dan engkau lahir di tahun keberanian pada saat fajar tanggal 3 November. Saat dimana hegemoni kekuasaan Jepang semakin suram sinarnya. Seperti halnya bapakmu, engkaupun pantas menyambut terbitnya Sang Fajar. Ingat, yang pantas menyambut Sang Fajar hanyalah manusia para Abdi Tuhan yaitu manusia-manusia yang bermanfaat! Jangan cengeng! Buktikan ke setiap orang bahwa engkau memang pantas menjadi anak sulung Soekarno!" Pesan Bung Karno kepada Guntur dalam penerbangan percobaan pesawat Convair rute Jakarta - Bandung pada tahun 1950.
Guntur Soekarnoputra lahir di Jakarta pada tanggal 3 November 1944. Seperti yang diceriterakan Bung Karno dalam otobiografinya, putra sulungnya itu lahir sekitar pukul lima ketika adzan subuh berkumandang. "Mas Tok", begitu biasa Bung Karno memanggilnya dan "Bujang" panggilan dari ibunya yang merupakan sebutan untuk anak laki-laki di daerah Bengkulu, tempat kelahiran ibunya.
Guntur yang pernah ribut besar dengan Bung Karno karena pernah bertengkar dengan Ibu Dewi dan Ibu Hartini berubah menjadi sosok pribadi yang berbeda 180 derajat dari sifat aslinya sejak Bung Karno wafat. Ia kemudian berusaha berdamai dengan Ibu Dewi dan Ibu Hartini. Dia juga menjadi menyayangi Karina, Taufan dan Bayu. Ia juga menjalin silaturahmi dengan Yurike Sanger dan Kartini Manopo yang merupakan istri-istri ayahnya selain Ibu Hartini dan Ibu Dewi. Ia juga turut membantu melunasi uang sekolah Totok Suryawan, adik tirinya.
Gunturlah yang akhirnya memikul tanggung jawab yang besar dalam Keluarga Bung Karno. Sebagai anak sulung, ia terpaksa harus menggantikan peran Bung Karno yaitu sebagai ayah bagi adik-adiknya.
Sosok Guntur pada awalnya sangat diharapkan bisa menggantikan kharisma Bung Karno sebagai pemimpin nasional. Tetapi dia sendiri menolak untuk diidentikan dengan sosok Bung Karno. Bahkan sejak wafatnya Bung Karno, Guntur seolah-olah menarik diri dari publikasi.
Guntur bahkan pernah menolak tawaran peran film sebagai Bung Karno untuk sebuah film dengan judul "Ku Antar ke Gerbang". Film ini merupakan produksi pertama seorang pengusaha yang cukup terkenal dan hanya film inilah yang ingin pengusaha tersebut produksi. Untuk tawaran peran ini, Guntur disodorkan selembar cek kosong belum ada nominalnya dengan harapan agar Guntur bersedia menerima peran tersebut. Namun pengusaha tersebut harus menerima kekecewaan dan memutuskan untuk membatalkan proyek filmnya karena Guntur sama sekali tidak tertarik dengan tawaran itu.
Tak lama setelah Bung Karno wafat, banyak orang yang masih terkenang akan sosok Bung Karno. Orang-orang meminta Guntur untuk memakai peci hitam yang biasa dipakai oleh ayahnya. Banyak orang beranggapan bahwa paras Guntur sangat mirip dengan Bung Karno. Bila dibandingkan dengan putra -putra Bung Karno yang lain, paras Guntur dianggap yang paling mirip dengan Bung Karno. Tapi sayang tak seorangpun yang berhasil membujuknya.
Dalam bukunya yang berjudul "Bung Karno dan Kesayangannya", disebutkan bahwa peci terakhir Bung Karno bermerk "Moestava Achmad", buatan Gang Karet Jakarta. Peci inilah yang melindungi kepala Bung Karno di hari-hari terakhirnya yang penuh penderitaan. Setelah Bung Karno wafat, peci beserta sajadah dan Al Qur'an turut dikarantina pemerintah di dalam kamar Bung Karno di Wisma Yaso.
Pada tahun 1972, Sekretaris Negara mengabarkan kepada Guntur bahwa pemerintah akan mengembalikan barang-barang pribadi milik Bung Karno yang masih berada di dalam kamar di Wisma Yaso. Pada saat serah terima, disaksikan oleh ajudan senior presiden dan 2 orang komandan jaga. Pada akhirnya Kamar Bung Karno dibuka segelnya setelah 2 tahun lamanya tertutup rapat.
"Dengan hati tertekan dan perasaan haru, kumasuki kamar Bapak yang sudah 2 tahun ditinggal penghuninya untuk selama-lamanya. Udara pengap terasa mengalir melalui hidung memenuhi paru-paruku. Tak terasa mataku berkaca-kaca sehingga mengaburkan pandanganku. Kuperhatikan seluruh sudut ruangan serta kuamati satu persatu benda pribadi Bapak."
"Di atas meja tulis bapak yang tak terpelihara, bersemayamlah peci kesayangan Bapak yang sudah berwarna keabu-abuan berpoleskan debu. Duduk di kursi meja tadi sambil menahan perasaan tertusuk, kupandangi peci Bapak. Ketika seluruh barang pribadi Bapak sudah diangkut ke mobil pengangkut, terdengar suara perlahan menyapaku "Mas Guntur tolong pecinya Bapak diambil, kasihan kalau di sana terus...Sayang, tidak ada yang mengurus.." Begitu tersadar dari lamunan kuambil peci Bapak dan kupeluk ia erat-erat sembari berjalan lunglai menuju mobil."
Dalam perjalanan pulang, Guntur bergumam dalam hati, ternyata masih ada yang menyayangi dan mengasihani ayahnya walau hanya ia utarakan lewat peci.
Lewat bukunya "Bung Karno, Bapakku Kawanku Guruku", Guntur berkisah bahwa tiap kali makan siang, "Bapak dan aku ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari soal cewek cantik, lukisan, film sampai yang berat seperti filsafat, sejarah, fisika inti, mekanika dan politik."
Ketika kuliah, Guntur bahkan sudah terjun ke dunia politik. Ia sempat menjadi aktivis GMNI semasa kuliah di Fakultas Teknik ITB, yang juga merupakan almamater ayahnya. Setelah itu sempat santer disebut-sebut ia akan berkampanye untuk PNI pada pemilu 1971. Tapi keberadaannya tak pernah muncul sampai sekarang dalam dunia politik.
Setelah lulus kuliah, Guntur seperti steril dari dunia politik. Ia kemudian mendirikan PT. Dela Rohita, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, pengeboran sumur dan survei geologi. Di waktu luang, dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan bermain musik, memotret dan mengkoleksi tanaman-tanaman langka. Benih politik dalam diri Guntur langsung mati seketika setelah melihat bagaimana akhir karier politik ayahnya yang berakhir dengan sangat tragis.
Tuhan rupanya mendengar doa Bung Karno untuk Guntur. Dalam otobiografi Bung Karno, dia pernah berdoa, "Aku serahkan masa depan anak ini pada sang nasib, dengan satu doaku untuknya semoga dia tidak akan pernah menjadi presiden. Itu adalah kehidupan yang sangat berat untuknya."
Komentar
Posting Komentar