KEBAYA KUTUBARU DAN BATIK CEMPOKO MULYO
KEBAYA KUTUBARU
Kebaya Kutubaru adalah salah satu jenis kebaya klasik dengan bef atau kutubaru di bagian dada. Kutubaru sendiri adalah secarik kain yang menghubungkan lipatan antar kebaya di bagian dada. Kebaya kutubaru biasanya berkolaborasi dengan korset, long torso, atau kamisol. Dengan kancing pengait yang terbuat dari benang (kutubaru).Sebenarnya asal mula bef adalah dari kemben yang dipakai di dalam kebaya, dimana kebaya dibiarkan terbuka tanpa dikancingkan. Tetapi karena kepraktisan dan nilai estetis dari jenis kebaya ini maka kemben sudah tidak dipakai lagi digantikan fungsinya dengan bef. Sebagai pelengkapnya biasanya digunakan kain batik tulis.
Sifatnya yang dianggap lebih praktis dibandingkan dengan jenis kebaya yang lain yang sudah ada sebelumnya, membuat jenis Kebaya Kutubaru menjadi sangat digemari dan pernah menjadi trend bagi wanita-wanita di lingkungan pejabat dan kraton.
Dewi Soekarno adalah salah satu icon terkenal di Indonesia yang sangat gemar mengenakan jenis Kebaya Kutubaru. Banyak foto-foto yang memperlihatkan beliau sedang mengenakan Jenis Kebaya Kutubaru ketika mendampingi Presiden Soekarno dalam berbagai acara kenegaraan.
Selain Dewi Soekarno, trend berkebaya kutubaru juga sangat digemari oleh para wanita ningrat di Pulau Jawa. Salah satu wanita ningrat Jawa yang gemar mengenakan Kebaya Kutubaru adalah K.R.Ay. Joice Hudyonoto. Beliau biasa mengkombinasikan kebaya ini dengan kain batik tulis bermotif "Kembang Kanthil" atau kalangan kraton biasa menyebutnya dengan motif "Cempoko Mulyo." Batik ini kemudian diwiron (dilipat-lipat) bagian tengahnya untuk kemudian dijenakan dengan cara melilitkan kain tersebut melingkari badan dari kiri ke kanan.
MOTIF BATIK KEMBANG KANTHIL atau CEMPOKO MULYO
Motif batik tulis Kembang Kanthil atau Cempoko Mulyo ini merupakan simbol dari sebuah kasih sayang yang abadi. Kembang kanthil sendiri memiliki makna filosofis "kanthi lelaku, tansah kumanthil, ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lekase kalawan kas, tegese kas iku nyantosani," artinya bahwa untuk meraih ilmu spiritual serta meraih kesuksesan lahir dan batin, seseorang tidak cukup hanya memohon lewat berdoa saja. Kesadaran spiritual tidak akan bisa dialami secara lahir dan batin tanpa adanya penghayatan akan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Jadi lakutama atau perilaku itu yang utama.
Dalam upacara pernikahan, kembang kanthil sering disematkan di telinga pengantin sebagai simbol agar kasih sayang kedua pasangan akan abadi selamanya.
Menurut mitos dalam masyarakat Jawa, kembang kanthil dipercaya mampu menjadi media ampuh pelet. Umumnya kembang kanthil sering dipakai sebagai susuk pembuka aura seorang wanita yang ingin memikat lawan jenisnya agar lawan jenisnya terpikat dan selalu ingat dirinya. Mitos lain mengatakan bahwa kembang kanthil juga dipercaya mampu mendeteksi keperawanan seorang wanita.
Batik dengan motif kembang kanthil atau cempoko mulyo ini bentuknya berupa susunan kembang kanthil yang terhubung dengan ranting-ranting yang tidak terputus. Kembang kanthil juga berarti tali rasa "tansah kumanthil-kanthil" atau kasih sayang yang tidak pernah putus kepada orang tua dan leluhurnya.
Motif batik tulis kembang kanthil atau cempoko mulyo ini diperkirakan diciptakan oleh R.A Kartini. Motif batik tulis ini merupakan perpaduan dari gaya batik khas Pesisiran atau Pekalongan yang dominan dengan corak bunga atau flora dan warna dengan gaya batik khas Kraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Warna khas batik pesisiran sendiri cenderung lebih beragam dan kaya warna dibandingkan dengan model batik khas Kraton Jogja maupun Solo yang cenderung monokromatik atau hanya dominan pada satu warna saja pada model batiknya.
Komentar
Posting Komentar