KEIKO SOEKARNO
KEIKO SOEKARNO 🌷
ISTRI PRESIDEN RI.I SOEKARNO YANG TERLUPAKAN
Nasib Tragis Istri Presiden Soekarno dari Jepang yang Hilang dari Sejarah!
Awal tahun 1966. Indonesia bergolak. Di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, ribuan demonstran nyaris tiap hari tumpah ruah ke jalanan. Selain menuntut penurunan harga, rombak kabinet dan pembubaran PKI (Partai Komunis Indonesia), mereka pun mengeritik tingkah polah Presiden Soekarno yang dinilai tidak peka terhadap penderitaan rakyat. Salah satu yang dikritik mahasiswa adalah kebiasaan Soekarno memiliki banyak istri.
Dalam Angkatan 66: Sebuah Catatan Harian Mahasiswa karya Yozar Anwar disebutkan bahwa pada 9 Februari 1966, serombongan mahasiswa Jakarta berparade dalam dandanan ala geisha (perempuan penghibur Jepang) lengkap dengan o-icho (sanggul tradisional Jepang) dan kimono khas-nya. Di dada mereka tergantung poster bertuliskan “Gundik-Gundik Impor!”
Kata-kata di poster itu sangat jelas ditujukan kepada Soekarno. Seperti sudah umum diketahui, selain memiliki istri-istri pribumi, Soekarno pun mengambil seorang gadis Jepang bernama Naoko Nemoto menjadi pendamping hidupnya. Namun rupanya Naoko Nemoto bukanlah perempuan Jepang pertama yang hadir dalam hidup Soekarno.
Menurut seorang penulis Jepang bernama Masashi Nishihara, empat tahun sebelum menikahi Naoko, Soekarno ternyata pernah menjalin cerita cinta dengan seorang gadis Jepang yang lain yang bernama Sakiko Kanase atau yang dikenal dengan nama Keiko (Kiko) Kondo.
Masih menurut buku Masashi Nishihara, The Japanese and Soekarno’s Indonesia yang terbit tahun 1975, Presiden Soekarno kerap bertandang ke Jepang sejak tahun 1957 untuk pengurusan kompensasi perang dari Jepang.
Sebuah perusahaan Jepang yang bernama Kinoshita Trading Company melakukan pendekatan kepada Soekarno dengan menggunakan seorang model cantik dari Jepang yang bernama Sakiko Kanase. “Sakiko Kanase adalah seorang foto model,” tulis Nishihara dalam The Japanese and Soekarno's Indonesia.
Perjumpaan Soekarno dengan Sakiko terjadi pertama kali di Kyoto pada tahun 1958. Begitu berkenalan, nampak sekali Soekarno sudah merasa tertarik dengan Sakiko. Sinyal cinta Soekarno rupanya tidak disia-siakan oleh Kinoshita, sebuah perusahaan Jepang yang memiliki kepentingan untuk menanamkan investasi di Indonesia saat itu. Jadilah Sakiko ‘dibawa’ oleh grup Kinoshita sebagai bagian dari lobi bisnis tingkat tinggi di Indonesia.
Maka pada akhir tahun 1958, Soekarno memutuskan untuk menikahi Sakiko. Peristiwa pernikahan antara Sakiko Kanase dengan Soekarno disaksikan secara langsung oleh sahabatnya yang bernama Yoshiko Sawada. Saat itu Sakiko dan Yoshiko masih berumur sekitar 18 tahun. Pernikahan Presiden Soekarno dengan Sakiko dilaksanakan secara Islam di Hotel Daichi di Ginza Tokyo.
Di penghujung tahun 1958, Sakiko bertandang ke Indonesia, sebagai pengajar anak-anak ekspatriat Jepang dan perwakilan Kinoshita di Jakarta. Dia tinggal di sebuah rumah mewah di wilayah elite di daerah Menteng, Jakarta. Menurut Nishihara, Sakiko sebenarnya telah dijadikan sebagai nyonya rumah oleh Soekarno pada saat itu lengkap dengan nama Indonesianya yaitu Nyonya Basuki.
Namun menurut sejarawan Aiko Kurasawa, hubungan Soekarno dengan Sakiko tak berlangsung lama. Diperkirakan itu terjadi karena setahun kemudian, saat mengunjungi Jepang untuk kesekian kali, Soekarno jatuh cinta lagi dengan seorang perempuan Jepang lain berusia 19 tahun yang bernama Naoko Nemoto. Perempuan Jepang yang cantik itu ternyata menjadi andalan grup Tonichi (perusahaan pesaing Kinoshita) untuk memuluskan jalur bisnis perusahaan tersebut di Indonesia.
Kemudian pada tanggal 14 September 1959, Naoko Nemoto diundang oleh Soekarno ke Indonesia bersama 2 wanita Jepang cantik lainnya (CM Chow, Autobiography as told to Atoh Matsuda, 1981) sebagai perwakilan dari Grup Tonichi Trading. Naoko Nemoto adalah seorang hostes klub Copacabana di Akasaka Tokyo, saat itu usianya masih 19 tahun.
Kedekatan Soekarno dengan Naoko membuat Sakiko kecewa dan merasa diabaikan hingga mengalami depresi berat karena merasa cinta dan kesetiaannya telah dikhianati oleh Soekarno. Kedekatan Soekarno dengan Naoko juga dianggap sebagai kegagalan Sakiko untuk memuluskan misi Kinoshita di Indonesia. Kegagalan misinya ini juga dianggap sebagai salah satu alasan Sakiko memutuskan untuk melakukan Harakiri atau bunuh diri dengan memotong urat nadinya. Sampai sekarang penyebab Sakiko melakukan bunuh diri atau harakiri tidak pernah terungkap.
Pada Oktober 1959, Sakikopun ditemukan meninggal di kamar mandi rumahnya dengan urat nadi ditangan yang terpotong. Kematiannya pada saat itu mungkin dianggap sebagai aib bagi Bangsa Indonesia sehingga berbagai media tidak diperbolehkan sama sekali untuk meliput kasus ini dan kematiannyapun seperti sengaja ditutupin baik oleh media Indonesia maupun Jepang.
Jasad Sakiko kemudian dimakamkan secara diam-diam di Pemakaman Blok P, namun sekitar akhir tahun 1970-an, kerangka Sakiko dipindahkan oleh keluarga besarnya ke Jepang,” ungkap Aiko. Sepeninggal Sakiko yang tragis, 3 tahun kemudian Soekarno memutuskan untuk menikah lagi dengan Naoko Nemoto pada tahun 1962 yang kini dikenal dengan nama Ratna Sari Dewi atau biasa disebut dengan nama Dewi Soekarno.
Komentar
Posting Komentar