WISMA YASO
WISMA YASO
" And I was so alone. I had lost my whole family. My widowed mother was bitterly unhappy about my marriage. Shortly after I converted to Islam and married President, she died. She died from a broken heart. On the same day my only brother, commited suicide. Within 26 hours I lost everybody. I had nobody. Nobody but President." Ungkapan hati seorang Dewi Soekarno kepada Cindy Adams setelah kehilangan dua orang keluarganya dalam waktu yang hampir bersamaan.
Kehilangan dua anggota keluarga dalam selang waktu 26 jam membuat hati Dewi Soekarno sangat terpukul. Bung Karno pun turut merasakan kesedihan Sang Dewi. Berbagai cara telah Bung Karno lakukan agar hati Dewi terhibur, termasuk salah satunya dengan merancang sebuah rumah untuk Dewi.
Akhirnya dibangunlah sebuah rumah mewah untuk Dewi yang terinspirasi dari nama adik Dewi yang bernama "Yosoo" yang telah meninggal karena bunuh diri akibat tidak kuasa menanggung malu karena keputusan Dewi yang menikah dengan Soekarno dan berpindah keyakinan menjadi seorang muslim tanpa ada restu dari ibundanya. Rumah ini kemudian dikenal dengan nama Wisma Yaso yang diambil dari nama adik Dewi yang bernama Yosoo.
Wisma Yaso didirikan di atas lahan seluas 5.88 hektar, yang terdiri atas tiga masa bangunan yang tersambung menjadi satu kesatuan. Bangunan utama berbentuk L dengan lantai dasar yang dibuat lebih tinggi dari muka tanah. Di dalamnya dibangun kolam renang indoor. Bung Karno lah yang merancang desain bangunannya dan Dewi yang menata interior bangunannya.
Menurut Dewi, Wisma Yaso dibangun secara sukarela oleh beberapa orang Jepang dan Indonesia. Tetapi banyak kalangan yang curiga jika Wisma Yaso dibangun atas sumbangan dari perusahaan - perusahaan Jepang yang telah Dewi bantu untuk meloloskan proyek mereka di Indonesia.
Orde Baru menduga bahwa Wisma Yaso dibangun dari hasil korupsi Bung Karno atau menggunakan uang negara. Akhirnya penguasa Orde Baru memanfaatkan dugaan ini untuk menangkap Bung Karno dan mengasingkannya dari dunia luar hingga akhir hayatnya. Gerak - gerik Bung Karno diawasi dengan memasang alat sadap di setiap sudut ruangan Wisma Yaso.
Setelah Bung Karno wafat, Wisma Yaso diambil alih sepenuhnya oleh pemerintah Orde Baru. Pada tahun 1972, Wisma Yaso beralih fungsi menjadi Museum Satria Mandala dan interior gedung dirombak total. Selain replika naskah proklamasi, tidak ada lagi barang peninggalan Bung Karno di Wisma Yaso. Mulai dari halaman depan, belakang dan dalam gedung semua dirombak dan diisi dengan sesuatu yang identik dengan dunia militer.
Tahun 1993, Dewi pernah menerima uang sebesar 5 milyar rupiah dari pemerintah Orde Baru sebagai kompensasi atas penggunaan Wisma Yaso untuk museum. Sebuah perusahaan pernah ditunjuk untuk menaksir harga dari bangunan Wisma Yaso. Saat itu harga bangunan Wisma Yaso ditaksir seharga 90 sampai dengan 140 miliar tetapi Dewi tidak pernah menerima sisanya hingga saat ini.
Komentar
Posting Komentar